Teknik Pengujian Logam (Ferrous Dan Non Ferrous)
(Bagian 1)
Dalam ilmu
logam sendiri, jenis-jenis dari logam dikelompokkan dalam 4 kelompok, yaitu [1] :
·
Logam ringan (alumunium, magnesium, titanium, kalium,
barium, dan natrium).
·
Logam berat (nikel, timah hitam, timah putih, besi,
khrom, dan seng).
·
Logam tahan api (titanium, molibden, sirkonium,
wolfram).
·
Logam mulia (emas, platina dan perak)
Sedangkan jika melihat jenis logam
berdasarkan bahan dasar yang membentuknya, dapat dibedakan menjadi 2 kelompok
yaitu :
•
Logam bukan besi (non ferrous) adalah logam yang tidak
mengandung unsur besi (Fe). Jenis dari logam ini diantaranya yaitu alumunium
(AI), timah (Sn), tembaga (Cu), dan timbel (Pb).
•
Logam besi (ferrous) adalah logam paduan yang terdiri
dari campuran-campuran unsur karbon dengan besi. Jenis logam seperti ini antara
lain yaitu besi tuang, baja lunak, besi tempa, baja karbon sedang, baja karbon
tinggi dan campuran.
a. Jenis-jenis Pengujian Logam [2]
Pemeriksaan bahan logam adalah
rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sifat-sifat
logam, kemampuannya terhadap pembebanan tertentu, struktur mikro dan cacat yang
ada pada bahan logam. Dengan diketahui sifat-sifat logam maka dapatlah
dilakukan pemilihan bahan yang sesuai untuk pemakaian. Demikian pula
bahan-bahan dalam kontruksi misalnya pelat ketel yang sudah lama dipakai
memerlukan pemeriksaan pada waktu tertentu untuk mendapatkan data tentang
sifat-sifatnya sehubungan dengan proses penuaan, sehingga dapatlah diambil
keputusan apakah ketel dapat dilakukan dengan cara visual, yaitu dengan
mengamati objek. Hal-hal yang dapat diketahui dengan cara ini antara lain:
adanya karat, retakan yang relatif besar, kelurusan pada sambungan las dan
keadaan- keadaan lainnya yang dapat dilihat oleh pemeriksa. Selanjutnya untuk
pemeriksaan yang lebih teliti dilakukan dengan cara menggunakan alat tertentu,
misalnya untuk mengetahui kekuatan tarik, maka bahan dengan ukuran tertentu
diuji pada mesin uji tarik. Struktur mikro dari logam dapat diketahui dengan
pemeriksaan mikroskopis, adanya cacat/retakan di dalam logam dapat diperiksa
dengan ultrasonic detector.
1)
Jenis-
Jenis Pengujian Logam
Macam-macam pengujian logam dapat
dikelompokkan ke dalam pengujian destruktif dan pengujian non-destruktif.
a)
Pengujian
Destruktif (Destructive Test = DT)
Yang dimaksud dengan pengujian
destruktif ialah pengujian yang dilakukan sehingga menimbulkan
perubahan/kerusakan pada bahan uji (test piece).
Macam-macam pengujian yang
termasuk kelompok ini ialah:
Pengujian Tarik, Pengujian Tekan,
Pengujian Pukul-Takik, Pengujian Kekerasan, Pengujian Lengkung, Pengujian Geser,
Pengujian Puntir, Pengujian Kelelahan dan Pengujian Mikroskopis.
b)
Pengujian
Non-Destruktif (Non Destruktive Test = NDT)
Yang
dimaksud dengan pengujian non destruktif ialah pengujian tanpa merusak bahan
uji.
Macam-macam
pengujian yang termasuk kelompok ini adalah :
§ Pemeriksaan cacat luar logam dengan Magnitografi dan
Dye penetrant
§ Pemeriksaan cacat dalam logam dengan Ultrasonic dan
Radiografi Disamping pemeriksaan terhadap kekuatan dan cacat dari logam
tersebut, perlu pula diadakan pemeriksaan terhadap komposisi dari logam
tersebut. Pemeriksaan komposisi logam dapat dilakukan dalam laboratorium kimia.
Pemeriksaan komposisi logam tersebut meliputi:
Pemeriksaan
kadar belerang, kadar Hidrogen, kadar Oksigen, kadar Carbon, kadar Phospor, kadar Mangan, kadar Vanadium, kadar
Magnesium, kadar Chroom dan pemeriksaan
kadar dari unsur-unsur lain dari suatu logam.
2)
Standar
Cara-cara
pelaksanaan pengujian dilakukan mengikuti standar tertentu, demikian juga
ukuran-ukuran bahan uji disesuaikan dengan standar yang dipakai.
Beberapa
standar untuk pengujian logam adalah :
a) HCNN
(Hoofd Commissie voor de Normalisatie ini Nederland)
b) ASTM
(American Standard for Testing and Materials)
c) DIN
(Deutche Industrie Normen)
d) JIS
(Japan Industrial Standard)
e) ISO
(International Organisation for Standardization)
f) SII
(Standar Industri Indonesia)
b.
Pengujian
Kekerasan
1)
Pengertian
Dasar
Kekerasan
suatu bahan adalah ketahanan bahan tersebut terhadap penetrasi. Bahan yang
lebih keras akan dapat mengadakan penetrasi pada bahan yang lebih lunak.
Dalam hal
ini penetrasi adalah: apabila suatu bahan yang keras dibentuk dengan suatu
bentuk tertentu kemudian ditekankan pada bahan yang lebih lunak maka bahan yang
keras akan masuk (penetrasi) ke dalam bahan yang lebih lunak.
Kekerasan
suatu bahan tidak ditentukan oleh komposisinya saja tetapi faktor-faktor lain
seperti heat treatment, strain hardening dan lain-lain. Faktor mekanis juga
memegang peranan yang penting pada kekerasan bahan tersebut.
Kekerasan
suatu bahan dapat dipakai suatu dasar penentuan sifatsifat mekanis bahan
tersebut seperti: ketahanan terhadap deformasi elastis, goresan, keausan,
kikisan dan lain-lain.
Kekerasan
suatu bahan dapat ditentukan menurut sifat pembebanannya yaitu:
•
Kekerasan karena pembebanan statis
•
Kekerasan karena pembebanan dinamis
Pada
umumnya kekerasan pembebanan statislah yang paling banyak digunakan. Penentuan
angka kekerasan suatu bahan sebelum digunakan pada saat-saat tertentu perlu
diadakan, karena sebagai indikasi ketahanan bahan tersebut dalam pemakaian.
Dalam hal-hal tertentu tidak seluruh benda kerja harus mempunyai kekerasan yang
merata bahkan seringkali hanya dibutuhkan permukaan benda kerja saja yang
keras. Sebagai contoh: roda gigi dikeraskan hanya pada pahat-pahat potong
dikeraskan secara merata sampai mencapai seluruh bagian dalamnya.
Logam-logam
tertentu masih dapat dinaikkan kekerasannya dengan cara heat treatment dengan
atau tanpa membubuhkan unsur-unsur tertentu pada permukaan logam tersebut.
Biasanya cara ini digunakan terbatas pada pengerasan permukaan saja. Pada heat
treatment bahan-bahan tertentu kenaikan kekerasan bukan saja terbatas pada
permukaannya tetapi juga akan terjadi pada bagian dalamnya, hanya kenaikan
kekerasan bagian dalam lebih kecil dibandingkan dengan kekerasan bagian luar.
Sedangkan penambahan elemen-elemen tertentu pada komposisi bahan dapat
mengakibatkan penambahan kekerasan yang merata.
Dalam
memilih bahan bukan saja kekuatan yang menentukan pilihannya tetapi seringkali
kekerasan bahan juga memegang peranan penting. Harga (angka) kekerasan suatu
bahan adalah angka yang relatif, misalnya bahan A mempunyai angka kekerasan 50
sedang B adalah 100, ini bukan berarti bahwa B dua kali lebih keras dari A.
Untuk menentukan angka kekerasan suatu bahan, terhadap bahan tersebut kita
lakukan test kekerasan.
Hardness
test/test kekerasan bertujuan untuk mengetahui harga kekerasan dari suatu bahan
yang akan digunakan di dalam lapangan teknik. Tes kekerasan termasuk percobaan
statis karena bertambahnya beban/pembebanannya bertambah dengan perlahan-lahan.
Percobaan kekerasan yang dapat dilaksanakan di laboratorium Material Test
adalah: Brinell, Vickers dan Rockwell.
Hal-hal
berikut yang harus diperhatikan dalam melakukan pengujian kekerasan:
a)
Penekan
dan landasan harus bersih dan terpasang dengan baik.
b)
Permukaan
yang diuji harus bersih dan kering, halus dan bebas dari kotoran.
c)
Permukaan
harus datar dan tegak lurus terhadap penekan.
d)
Tebal
benda uji harus tepat sedemikian rupa hingga tidak terjadi gembung pada
permukaan dibaliknya. Dianjurkan agar tebal benda uji harus sedemikian rupa
minimal 10 kali kedalaman bekas kedalaman bekas penekanan. Pengujian dilakukan
pada bahan yang tebalnya satu jenis.
e)
Jarak
antara 1 pengujian dengan pengujian berikut harus 3 hingga 5 x diameter bekas
penekan.
f)
Kecepatan
penerapan beban harus sama dengan waktu pemberian beban, baik pada pengujian
ke-1 maupun pada pengujian selanjutnya. Bila pengontrolan beban tidak dilakukan
secara hati-hati dan teratur, maka dapat terjadi variasi harga kekerasan yang
cukup besar, terutama pada bahan-bahan lunak. Untuk bahan-bahan demikian
pengembalian tuas beban benar-benar dikembalikan pada posisi yang standar setelah
setiap pengujian dilakukan.
Dalam
dunia teknik umumnya, pegujian kekerasan menggunakan 3 macam metode pengujian
kekerasan yakni [1]:
1.
Uji
Kekerasan Brinell
Kekerasan ini disebut kekerasan brinell karena biasa disingkat dengan HB atau BHN (Brinell Hardness Number). Uji kekerasan ini dilakukan dengan penekanan sebuah bola baja yang terbuat dari baca chrom yang telah dikeraskan dengan diameter tertentu.
kekuatan
kompresi statis di permukaan logam yang diuji harus rata dan bersih. Setelah
gaya tekan dilepaskan dan bola baja dikeluarkan dari kurva, diameter atas kurva
diukur dengan hati-hati dan kemudian digunakan untuk menentukan kekerasan logam
yang akan diuji. Bahan-bahan atau perlengkapan yang digunakan untuk uji
kekerasan brinell adalah sebagai berikut :
•
Bola
baja untuk brinell (brinell ball)
•
Mesin
uji kekerasan brinell
•
Mikroskop
pengukur
•
Stop
watch
•
Mesin
gerinda
•
Ampelas
kasar dan halus
•
Benda
uji (test specimen).
2.
Uji
Kekerasan Rockwell
Uji
kekerasan ini didasarkan pada penekanan sebuah indentor dengan suatu gaya tekan
tertentu kepermukaan yang bersih dan rata dari suatu logam yang akan di uji
kekerasannya.
Kekerasan Rockwell ini biasa disingkat dengan HR dan kadang hanya disingkat dengan huruf R saja. Pengujian kekerasan metode Rockwell diatur berdasarkan standard DIN 50103. Tingkat kekerasan menurut Rockwell adalah berdasarkan pada jenis indentor yang digunakan pada masing-masing skala. Bahan-bahan atau perlengkapan yang dipakai untuk pengujian kekerasan rockwell adalah sebagai berikut :
•
Mesin
pengujian kekerasan rockwell
•
Indentor
berupa bola baja yang disepuh dengan ukuran Ø 1/16” dan kerucut intan dengan
besar sudut 120 derajat.
•
Mesin
gerinda
•
Amplas
kasar dan halus
•
Benda
uji (test speciment)
3.
Uji
Kekerasan Vickers
Uji Vickers ini didasarkan pada gaya yang diberikan tekanan tertentu oleh indentor dalam bentuk piramida berlian terbalik yang memiliki sudut ujung pada permukaan logam yang diuji kekerasannya, permukaannya. logam yang diuji menjadi bersih dan rata.
Setelah
gaya kompresi statis dihapus dan berlian piramidal telah dihapus dari jejak
(permukaan anterior adalah persegi panjang karena piramida adalah piramida sama
sisi), empat persegi panjang diagonal atas dengan hati-hati diukur untuk
menentukan kekerasan logam. untuk menguji. Nilai kekerasan yang diperoleh
dengan demikian disebut kekerasan Vickers, umumnya disingkat Hv atau HVN
(Vicker hardness index). Bahan-bahan atau perlengkapan yang biasa digunakan
untuk uji kekerasan vickers adalah sebagai berikut:
•
Ampelas
kasar dan halus
•
Indentor
pyramid diamond
•
Mikroskop
pengukur diagonal bekas
•
Stop
watch
•
Mesin
gerinda
•
Mesin
percobaan kekerasan vickers
Materi ini diambil
dan diolah berdasarkan sumber :
[1] U.
Tantowi, “Pengujian Pada Logam,” Medium.com, 2019. [Online]. Available:
https://medium.com/@ustontttt/pengujian-pada-logam-adalah-proses-pemeriksaan-bahan-bahan-untuk-diketahui-karakteristik-dan-69dd145907cb.
[2] Kemendikbud, “Teknik Mekanik 1,” 2015.
Fajar nurpalah
BalasHapusX tp 1
Nama:Izmal Asri
BalasHapusKelas:X TP1
Nama:Asep Muhamad
BalasHapusKelas:X TP1
Nama: Adji Muhammad Rifaldi
BalasHapusKelas: TP 1
Nama :Ridwan Nurjaman
BalasHapusKelas: X TP 2
AAL MOH ARDIANSYAH
BalasHapusX TP 1
Rapliansyah
BalasHapusX tp 1
Ahmad jajuli
BalasHapusX tp 1