BAHAN AJAR DASAR PERANCANGAN TEKNIK MESIN
KOMPETENSI
DASAR : 3.2 Memahami prinsip pengolahan bahan logam
Berbagai Macam Sifat Logam
Logam mempunyai beberapa sifat antara lain:
sifat mekanis, sifat fisika, sifat kimia dan sifat pengerjaan. Sifat mekanis
adalah kemampuan suatu logam untuk menahan beban yang diberikan pada logam
tersebut. Pembebanan yang diberikan dapat berupa pembebanan statis (besar dan
arahnya tetap), ataupun pembebanan dinamis (besar dan arahnya berubah). Yang
termasuk sifat mekanis pada logam, antara lain: kekuatan bahan (strength),
kekerasan elastisitas, kekakuan, plastisitas, kelelahan bahan, sifat fisika,
sifat kimia, dan sifat pengerjaan.
a.
Kekuatan
(strength) adalah kemampuan material untuk menahan tegangan tanpa kerusakan.
Beberapa material seperti baja struktur, besi tempa, alumunium, dan tembaga
mempunyai kekuatan tarik dan tekan yang hampir sama. Sementara itu, kekuatan
gesermya kira-kira dua pertiga kekuatan tariknya. Ukuran kekuatan bahan adalah
tegangan maksimumnya, atau gaya terbesar persatuan luas yang dapat ditahan
bahan tanpa patah. Untuk mengetahui kekuatan suatu material dapat dilakukan
dengan pengujian tarik, tekan, atau geser.
b.
Kekerasan
(hardness) adalah ketahanan suatu bahan untuk menahan pembebanan yang dapat
berupa goresan atau penekanan. Kekerasan merupakan kemampuan suatu material
untuk menahan takik atau kikisan. Untuk mengetahui kekerasan suatu material
digunakan uji Brinell.
c.
Kekakuan
adalah ukuran kemampuan suatu bahan untuk menahan perubahan bentuk atau
deformasi setelah diberi beban.
d.
Kelelahan
bahan adalah kemampuan suatu bahan untuk menerima beban yang berganti-ganti
dengan tegangan maksimum diberikan pada setiap pembebanan.
e.
Elastisitas
adalah kemampuan suatu bahan untuk kembali ke bentuk semula setelah menerima
beban yang mengakibatkan perubahan bentuk. Elastisitas merupakan kemampuan
suatu material untuk kembali ke ukuran semula setelah gaya dari luar dilepas.
Elastisitas ini penting pada semua struktur yang mengalami beban yang
berubah-ubah terlebih pada alat-alat dan mesin-mesin presisi.
f.
Plastisitas
adalah kemampuan suatu bahan padat untuk mengalami perubahan bentuk tetap tanpa
ada kerusakan.
g.
Sifat
fisika adalah karakteristik suatu bahan ketika mengalami peristiwa fisika
seperti adanya pengaruh panas atau listrik. Yang termasuk sifat-sifat adalah
sebagai berikut: Titik lebur, Kepadatan, Daya hantar panas, dan daya hantar
listrik, kemampuan suatu logam dalam mengalami peristiwa korosi. Korosi adalah
terjadinya reaksi kimia antara suatu bahan dengan lingkungannya. Secara garis
besar ada dua macam korosi, yaitu korosi karena efek galvanis dan reaksi kimia
langsung.
h.
Sifat
pengerjaan adalah suatu sifat yang timbul setelah diadakannya proses pengolahan
tertentu. Sifat pengerjaan ini harus diketahui terlebih dahulu sebelum
pengolahan logam dilakukan.
Mineral
Mineral merupakan suatu bahan yang banyak
terdapat di dalam bumi, mempunyai bentuk dan ciri-ciri khusus serta mempunyai
susunan kimia yang tetap. Mineral memiliki ciri-ciri khas antara lain:
a.
Warna,
mineral mempunyai warna tertentu, misalnya malagit berwarna hijau, lazurit
berwarna biru, dan ada pula mineral yang memiliki bermacam-macam warna misalnya
kuarsa.
b.
Cerat,
merupakan warna yang timbul bila mineral tersebut digoreskan pada porselen yang
tidak dilicinkan.
c.
Kilatan
merupakan sinar suatu mineral apabila memantulkan cahaya yang dikenakan
kepadanya. Misalnya emas, timah, dan tembaga yang mempunyai kilat logam.
d.
Kristal
atau belahan merupakan mineral yang mempunyai bidang datar halus. Misalnya,
seng, bentuk kristalnya dapat dipecah-pecah menjadi beberapa kubus dan
patahannya akan terlihat dengan jelas. Setiap mineral memiliki bentuk kristal
yang berbeda-beda. Contohnya bentuk kubus pada galmer (bilih seng), bentuk
heksagonal (enam bidang) pada kuarsa dan lain-lain. d. Berat jenis, mineral
mempunyai berat jenis antara 2 – 4 ton/m2. Berat jenis ini akan berubah setelah
diolah menjadi bahan.
Berbagai Jenis Sumber Daya Mineral
a.
Unsur-unsur
Logam Unsur-unsur logam dibagi lagi dalam dua kelompok menurut banyaknya, yaitu
yang berlimpah di kerak bumi seperti besi, alumunium, mangan, dan titanium, dan
yang sedikit terdapat di alam seperti tenbaga, timah hitam.
b.
Unsur-unsur
Nonlogam Unsur-unsur nonlogam (nonmetallic) dapat dibagi menjadi empat kelompok
berdasarkan kegunaannya, antara lain :
·
Natrium
klorida, kalsium fosfat, dan belerang merupakan bahan- bahan utama
industri-industri kimia dan pupuk buatan.
·
Pasir,
batu kerikil, batu hancur, gips, dan semen terutama dipakai sebagai bahan-bahan
bangunan dan konstruksi lainnya.
·
Bahan
bakar fosil, yaitu yang berasal dari sisa-sisa tanaman dan binatang seperti
batubara, minyak bumi, dan gas alam. Persediaan energi kita sekarang sangat
bergantung pada bahan-bahan ini.
·
Air
merupakan sumber mineral terpenting dari semuanya yang terdapat melimpah di
permukaan bumi.
Tanpa air tidak mungkin kita dapat menanam
dan menghasilkan bahan makanan.
1) Pemurnian Mineral Mineral pada awalnya
ditemukan di alam masih bercampur dengan mineral lain sehingga perlu dilakukan
proses pemurnian untuk mendapatkan satu bentuk mineral. Pemurnian mineral
adalah proses memisahkan satu bentuk mineral dari mineral-mineral lainnya
melalui satu proses dan cara tertentu.
A.
Proses
pemurnian bijih besi Melebur dan mengoksidasi besi adalah proses kimia yang
sederhana. Selama proses itu, karbon dalam bentuk kokas dan oksida besi
bereaksi pada suhu tinggi, membentuk metalik iron (besi yang bersifat logam)
dan gas karbon dioksida. Karena bijih besi jarang ada yang murni, batu kapur
(CaCO3) harus juga ditambahkan sebagai imbuh (flux) agar bercampur dengan
kotoran-kotoran dan mengeluarkannya sebagai slag (terak).
Gambar 1 Dapur pengolahan biji besi menjadi besi
B.
Dapur
pengolahan biji besi menjadi besi Sejak abad ke-14 besi mulai diproduksi dalam
jumlah besar dan dasar-dasar eksploitasi industri besi secara modern sudah
dimulai. Setelah itu diperoleh berbagai penemuan dalam produksi besi, antara
lain:
a.
metode
untuk memproduksi baja yang berkualitas tinggi dari besi kasar,
b.
prosedur-prosedur
tanur yang lebih efisien, termasuk juga pemakaian kokas yang dibuat dari batu
bara sebagai pengganti arang kayu, akibat semakin berkurangnya persediaan
kayu.
c.
metode-metode
untuk mereduksi bijih besi.
d.
metode-metode
untuk memamfaatkan bijih-bijih besi yang mengandung kotoran-kotoran perusak
seperti fosfor dan belerang.dan
e.
metode-metode
untuk memproses bijih besi berkadar rendah.
C.
Proses
pemurnian Alumunium Proses pemurnian alumunium dengan cara memanaskan alumunium
hidroksida sampai lebih kurang 1300°C (diendapkan), akan didapatkan alumina.
Karena titik lelehnya tinggi, alumina dilarutkan ke dalam cairan klorit (garam
Na3AlF6) yang berfungsi sebagai elektrolit sehingga titik lelehnya menjadi
rendah (1000°C). Lima belas persen alumina (Al2O3) dapat diuraikan ke dalam
kriolit, sedang proses elektrolisis di sini sebagai reduksi Al2O3. Bijih
bauksit mula-mula dimurnikan terlebih dahulu dengan proses kimia dan alumunium
oksida murni diuraikan dengan elektrolisis. Bauksit dimasukkan ke dalam kauksit
soda, alumina di dalamnya membentuk natrium aluminat, bagian lain tidak
bereaksi dan dapat dipisahkan
D.
Proses
pemurnian Tembaga Proses pemurnian tembaga diawali dengan penggilingan bijih
tembaga kemudian dicampur dengan batu kapur dan bahan fluks silika. Tepung
bijih dipekatkan terlebih dahulu, sesudah itu dipanggang sehingga terbentuk
campuran FeS, FeO, SiO2, dan CuS. Campuran ini disebut kalsin dan dilebur
dengan batu kapur sebagi fluks dalam dapur reverberatory. Besi yang ada larut
dalam terak dan tembaga, besi yang tersisa ditaungkan ke dalam konventor. Udara
dihembuskan ke dalam konventor selama 4 – 5 jam, kotoran-kotoran teroksidasi,
dan besi membentuk terak yang dibuang pada selang waktu tertentu. Panas
oksidasi yang dihasilkan cukup tinggi sehingga muatan tetap cair dan sulfida
tembaga akhirnya berubah menjadi oksida tembaga dan sulfat. Bila aliran udara
dihentikan, oksida bereaksi dengan sulfida membentuk tembaga blister dan
dioksida belerang. Setelah itu, tembaga ini dilebur dan dicor menjadi slab,
kemudian diolah lebih lanjut secara elektronik menjadi tembaga murni.
E.
Proses
pemurnian Timah Putih (Sn) Proses pemurnian timah putih diawali dengan
memisahkan Bijih timah dan pasir dengan mencuci lalu dikeringkan. Setelah itu,
bijih itu dilebur di dalam dapur corong atau dapur nyala api dengan kokas dan
dituang menjadi balok-balok kecil.
F.
Proses
pemurnian Timbal/timah hitam (Pb) Bijih-bijih timbal harus dipanggang terlebih
dahulu untuk menghilangkan sulfida-sulfida, sedang timbal dengan campurannya
yang lain berubah menjadi oksida timah hitam (PbO) dan sebagian lagi menjadi
timbal sulfat (PbSO4). Dengan menambah kwarsa (SiO2) pada sulfat di atas suhu
yang tinggi akan mengubah timbal sulfat menjadi silikat. Campuran silikat
timbal dengan oksida timbal yang dipijarkan pakai kokas kemudian dicampur
dengan batu kapur, akan menghasilkan timbal.
G.
Proses
pemurnian Seng (Zn) Proses pemurnian seng diawali dengan memisahkan bijih seng
kemudian dipanggang dalam dapur untuk mengeluarkan belerang dan asam arang.
Setelah itu terjadilah oksida seng, karbonatnya terurai dan sulfidanya
dioksidasi. Bijih seng didapat dari senyawa belerang diantaranya karbonat seng
(ZnCO3), silikat seng (ZnSiO4H2O), dan sulfida seng (ZnS).
H.
Proses
pemurnian Magnesium Untuk memperoleh magnesium dilakukan dengan jalan
elektrolisis, yaitu dengan cara memijarkan oksida magnesium bersama-sama dengan
zat arang (karbon) atau silisium ferro sebagai bahan reduksi. Setelah itu
magnesium dapat terpisahkan.
I.
Proses
pemurnian Perak Proses pemurnian perak dilakukan dengan jalan elektrolisis
bijih-bijih perak. Bijih perak yang mengandung belerang dipanggang dahulu
kemudian dicairkan. Bijih yang mengandung timbal dihaluskan kemudian dicairkan
dengan memasukkan zat asam yang banyak sampai timbal terbakar menjadi
glit-timbel dan dikeluarkan sebagai terak. Setelah itu, hanya tertinggal
peraknya saja.
J.
Proses
pemurnian Platina Proses pemurnian platina tergantung pada zat-zat yang
terkandung dalam bijih-bijih logam. Bijih-bijih yang mengandung emas dikerjakan
dalam air raksa, sedangkan platina tidak dapat melarut dalam air raksa.
Berikutnya adalah dengan proses kimiawi (proses elektrolisis). Platina itu
dapat dibersihkan sampai tercapai keadaan yang murni.
K. Proses pemurnian Nikel (Ni) Proses pemurnian
nikel diawali dengan pembakaran bijih nikel, kemudian dicairkan untuk proses
reduksi dengan menggunakan arang dan bahan tambahan lain dalam sebuah dapur
tinggi. Dari proses tersebut nikel yang didapat kurang lebih 99%. Jika hasil
yang diinginkan lebih baik (tidak berlubang), proses pemurniannya dikerjakan
dengan jalan elektrolisis di atas sebuah cawan tertutup dalam dapur nyala api.
Reduktor yang digunakan biasanya mangan dan fosfor.
Referensi:
http://eksis.ditpsmk.net/uploads/book/file/A0E562BD-BA8C-4611-A635-E8EE48BD5D7A/MODUL_MPDPL.pdf
http://industrial-engineering-new.blogspot.com/2017/01/proses-pengolahan-logam.html
Rafli baariz
BalasHapusTkr2