Selasa, 13 September 2022

 Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1

(Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Ki Hadjar Dewantara)


Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan.

 Maksud pengajaran dan pendidikan yang berguna untuk perikehidupan bersama ialah memerdekakan manusia sebagai bagian dari persatuan (rakyat). Manusia merdeka adalah manusia yang hidupnya lahir atau batin tidak tergantung pada orang lain, akan tetapi bersandar atas kekuatan sendiri. Pendidikan menciptakan ruang bagi murid untuk bertumbuh secara utuh agar mampu memuliakan dirinya dan orang lain (merdeka batin) dan menjadi mandiri (merdeka lahir). Kekuatan diri (kodrat) yang dimiliki, menuntun murid menjadi cakap mengatur hidupnya dengan tanpa terperintah oleh orang lain.

Dalam proses “menuntun”, anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Anak juga secara sadar memahami bahwa kemerdekaan dirinya juga mempengaruhi kemerdekaan anak lain. Oleh sebab itu, tuntutan seorang guru mampu mengelola dirinya untuk hidup bersama dengan orang lain (menjadi manusia dan anggota masyarakat)

KHD juga mengingatkan para pendidik untuk tetap terbuka namun tetap waspada terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, “waspadalah, carilah barang-barang yang bermanfaat untuk kita, yang dapat menambah kekayaan kita dalam hal kultur lahir atau batin. Jangan hanya meniru. Hendaknya barang baru tersebut dilaraskan lebih dahulu”. KHD menggunakan ‘barang-barang’ sebagai simbol dari tersedianya hal-hal yang dapat kita tiru, namun selalu menjadi pertimbangan bahwa Indonesia juga memiliki potensi-potensi kultural yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar.

KHD menegaskan juga bahwa didiklah anak-anak dengan cara yang sesuai dengan tuntutan alam dan zamannya sendiri. Artinya, cara belajar dan interaksi murid Abad ke-21, tentu sangat berbeda dengan para murid di pertengahan dan akhir abad ke-20. Kodrat alam Indonesia dengan memiliki 2 musim (musim hujan dan musim kemarau) serta bentangan alam mulai dari pesisir pantai hingga pegunungan memiliki keberagaman dalam memaknai dan menghayati hidup. Demikian pula dengan zaman yang terus berkembang dinamis mempengaruhi cara pendidik menuntun para murid.

 Lebih lanjut KHD menjelaskan, keluarga menjadi tempat yang utama dan paling baik untuk melatih pendidikan sosial dan karakter baik bagi seorang anak. Keluarga merupakan tempat bersemainya pendidikan yang sempurna bagi anak untuk melatih kecerdasan budi-pekerti (pembentukan watak individual). Keluarga juga merupakan sebuah ekosistem kecil untuk mempersiapkan hidup anak dalam bermasyarakat dibanding dengan institusi pendidikan lainnya.

Awalnya saya memandang peserta didik sebagai objek yang harus saya didik, saya berikan ilmu pengetahuan, perkembangan zaman dan penerapan teknologi dalam kehidupan. Hal itu terjadi seiring berjalan perkembanagn IPTEK yang ada dan berdasarkan pengalaman serta prinsip yang sudah saya dapatkan di bangku kuliah. Namun kini saya mengetahui bahwa apa yang saya lakukan dan harus saya lakuakn merupakan sebuah pandangan yang sosok yang menginspirasi dunia pendidikan Indonesia yakni Ki Hajar Dewantara.

Adapun refleksi dari pengetahuan dan pengalaman baru yang saya peroleh dari modul 1 ini adalah lebih peka terhadap peserta didik dan hakikat dari pendidikan dan pengajaran. Bagaimana sebuah konsep tentang keluarga menjadi tempat yang utama dan paling baik untuk melatih pendidikan sosial dan karakter baik bagi seorang anak, membuat saya mencba memahami latar belakang setiap peserta didik yang berbeda menghasilkan sikap dan karakter peserta didik yang berbeda. Tidak memandang peserta didik yang aneh ketika mendapat peserta didik yang ‘unik’ karena mereka memiliki latar belakang tersendiri dari keluarganya.

Selain itu, kodrat zaman yang tidak bisa lepas dari perkembangan teknologi, membuat peserta didik tidak lepas dari teknologi. Ketika di satu sisi gadget memiliki dampak buruk yang begitu besar, maka menjadi sebuah tantangan bagi saya sebagai seorang guru untuk memanfaatkan teknologi hadir dalam proses pembelajaran. 


Selain igu, peserta didik yang tidak lepas dari gadget membuat proses belajar terganggu, namun saya mencoba melibatkannya dengan menghadirkan media pembelajaran yang hadir dalam gadget.

 


Kedepannya, saya akan berusaha membuat proses pembelajaran lebih hidup dengan menghadirkan pembelajaran yang lebih bervariatif sesuai dengan perkembangan zaman namun tetap menuntun peserta didik untuk menemukan jati diri sesuai dengan karakter dasar sebagai manusia dan makhluk sosial. Peka terhadap perkembangan zaman yang ada namun tetap teguh pada prinsip yang telah di bangun.

Oleh :

Nining Yuningsih

(CGP angkatan 6 Kab. Sukabumi) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.2 PEMIMPIN PEMBELAJARAN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA   Oleh : Nining Yuningsih   Pengertian dan Im...