Sabtu, 05 Oktober 2013

Melemahnya Rupiah, Menguatnya Harga Kedelai



Melemahnya Rupiah, Menguatnya Harga Kedelai

Pengaruh Melemahnya Rupiah terhadap Naiknya Harga Kedelai
Beberapa waktu terakhir ini, nilai tukar rupiah melemah. Pelemahan rupiah yang telah terjadi beberapa minggu ini tak pelak telah berdampak pada perekonomian Indonesia. Salah satu diantaranya adalah Harga-harga komoditas impor atau berkandungan bahan impor merangkak naik.tak pelak, harga kedelai yang merupakan barang impor ikut melambung. Hal ini membuat pedagang kelimpungan. antara memproduksi dengan harga yang yang tinggi atau menghentikan sementara produksi. Dan pedagang memilih untuk menghentikan produksi.
Dalam penggunaannya, menurut mentri pertanian, kebutuhan kedelai Indonesia mencapai 2,4 Juta ton. Dan saat ini 70 % nya berasal dari impor (detik.com, 16/9/2013).  Menyempitnya lahan pertanian karena adanya pengalihan lahan menjadi lahan industri menjadi perhatian. Banyaknya pembangunan tanpa pengontrolan, juga lahan yang kini banyak dilimiki oleh pihak asing membuat pertanian banyak ditinggalkan oleh masyarakat Indonesia. Seirama dengan kondisi lapangan, pemerintah pun membuat kebijakan uuntuk mengimpor kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi oleh lokal. Termasuk kedelai.
Di sisi lain, besarnya kuota impor menjadi  hal yang wajar jika saat rupiah melemah terhadap dolar Amerika, harga impor kedelai melambung. Karena dalam praktik perdagangan internasional, alat yang digunakan untuk membeli barang impor ada tiga macam, yakni dollar, devisa, dan letter of credit. Sehingga korelasi moneter sangat kentara dalam kenaikan harga kedelai. 

Penyebab Melemahnya Rupiah
Instabilitas nilai tukar mata uang bukan terjadi kali ini saja dan bukan terjadi hanya pada rupish saja. Bagaimana pada tahun 1998, krisis moneter melanda dunia, termasuk Indonesia di dalamnya. Krisi moneter juga menjadi bagian yang tak terpisahkan dari negara-negara di Uni Eropa dan Amerika. Dalam perekonomian saat ini, moneter merupakan sebuah keniscayaan, hal ini dibuktikan dengan adanya krisis moneter yang telah terjadi sebanyak 20 kali selama abad 20. Jika dihitung, maka krisis moneter terjadi pada kurun waktu 5 tahun sekali.  Bagaimana tahun 2008 lalu Amerika mengalami krisis hingga negara-negara maju lainnya beramai-ramai memabntu memulihkan perekonomian Amerika. dan 5 tahun berselang, tahun ini yakni tahun 2013 krisis tersebut berulang dikawsan Asia.
Menurut Ahmad Umar, Penyebab instabilitas mata uang dikembalikan pada dua hal yaitu problem moneter dan problem ekonomi. Yang dimaksud dengan problem moneter adalah problem mata uang itu sendiri. Mata uang yang digunakan saat ini adalah mata uang kertas (fiat money). Mata uang kertas tidak memiliki nilai intrinsik (nilai bahan). Mata uang kertas hanya memiliki nilai nominal (nilai tertulis) yang ditetapkan oleh undang-undang. Sedangkan yang dimaksud problem ekonomi adalah problem ketidakmampuan dalam negeri memenuhi kebutuhan dalam negeri terutama pada komoditas strategis yaitu pangan dan energi, sehingga menyebabkan ketergantungan yang sangat tinggi pada Negara lain.
Legitimasi mata uang kertas sangat rapuh sebab ia sama sekali tidak disandarkan pada komoditas yang bernilai seperti emas dan perak. Ia hanya ditopang oleh undang-undang yang dibuat pemerintahan suatu negara. Jika keadaan politik dan ekonomi negara tersebut tidak stabil maka tingkat kepercayaan terhadap mata uangnya juga akan menurun. Para pemilik uang akan beramai-ramai beralih ke mata uang lain atau komoditas yang dianggap bernilai sehingga nilai uang tersebut terpuruk.
Hal ini dijadikan alat permaian bagi orang-orang tertentu yang memilki modal, terutama yang bermain di pasar modal atau saham. Sehingga kondisi perekonomian lebih banyak dikendalikan oleh segelintir orang, sedangkan pengaruhnya berdampak pada seluruh aspek termasuk harga barang yang naik yang kebnayakan di konsumsi oleh kalagan menengah ke bawah seperti kedelai yang menjadi bahan baku tempe dan tahu.  Inilah dampak dari posisi Indonesia yang menerapkan sistem ekonomi yang sama dengan dengan negara dunia lainnya yakni sistem ekonomi kapitalisme. Sistem ekonomi yang menjadi tulang punggung ideologi kapitalisme yang kini merajai dunia. Namun faktanya, ekonomi kapitalisme tidak mampu menyelamatkan perekonomian negara penganutnya bahkan menghancurkannya. Hal ini bisa dilihat dari satu aspek yakni penggunaan nilai mata uang yang digunakan. Inflasi dan moneter yang selalui menghantui mmebuat sebuah negara tidak akan mampu berdiri sendiri. Termasuk Indonesia yang memiliki segudang potensi untuk menjadi negara mandiri dan super power.
Dalam kondisi jeratan sistem ekonomi kapitalisme, Indonesia tidak akan mampu mencapai kemandirian. Kecuali Indonesia keluar dari perputaran sistem ekonomi yang ada. butuh sebuah revolusi sistem ekonomi yang aka menyelamatkan ketergantungan, salah satunya dalam nilai mata uang. Berbicara revolusi ekonomi, maka kita akan berbicara tentang revolusi ideologi. Karena sistem ekonomi hanya merupakan sebuah sub sistem dari sebuah ideologi. Seperti halnya sistem ekonomi  kapitalisme yang merupakan sub sistem ideologi kapitalisme.

Solusi
 Berbicara tentang nilai mata uang, maka akan berbicara yang namanya standar. Jika saat ini yang menjadi standar adalah uang kertas tanpa ada jaminan, maka inflasi dan moneter dengan sigap menghampiri secara bergilir. Padahal jauh sebelum uang kertas begulir yang hanya berupa nilai instrinsik saja, negara-negara di dunia menggunakan uang kertas dengan jaminan emas. Bahkan negara yang pernah menguasai 2/3 dunia menerapkan sistem mata uang dinar dirham. Pada saat nilai mata uang disandarkan pada emas, nilai mata uang relatif stabil. Beberapa kelebihan diantaranya adalah:
1.      inflasi rendah dan terkendali
Keampuhan mata uang mengendalikan inflasi telah dibuktikan oleh Jastram, (1980) seorang profesor dari University of California. Ia menyimpulkan bahwa tingkat inflasi pada standar emas (gold standard) paling rendah dari seluruh rezim moneter yang pernah diterapkan termasuk pada rezim mata uang kertas (fiat standard). Sebagai contoh dari tahun 1560 hingga 1914 indeks harga (price index) Inggris tetap konstan dimana inflasi dan deflasi nyaris tidak ada. Demikian pula tingkat harga di AS pada tahun 1930 sama dengan tingkat harga pada tahun 1800.
2.      di dalam standar emas, nilai tukar antar negara relatif stabil sebab mata uang masing-masing negara tersebut disandarkan pada emas yang nilainya stabil. Pertukaran antara mata uang yang dijamin oleh emas dengan mata uang kertas negara lain yang tidak dijaminan emas juga tidak menjadi masalah. Hal ini karena nilai mata uang yang dijamin emas tersebut ditentukan oleh seberapa besar mata uang kertas tadi menghargai emas. Nilai emas memang bisa naik atau turun berdasarkan permintaan dan penawaran, namun ketika emas dijadikan uang maka masing-masing negara akan menjaga cadangan emas mereka. Dengan demikian supply mata uang akan relatif stabil sehingga nilainya pun stabil.
Melihat sejarah lahirnya standar mata uang emas, maka akan ditemukan bahwa sistem ekonomi yang menerapkannya adalah sistem ekonomi Islam. Saat ini sistem ekonomi Islam atau ekonomi syariah telah menjamur, terutama di Indonesia. Bahkan banyak bank-bank yang menerapkan sistem syariah. harapannya ekonomi syariah ini akan mampu membantu memulihkan perekonomian yang telah terlanjur berada dalam dasar keterpurukan. Hanya saja, banyak yang melupakan bahwa sistem ekonomi merupakan anak  atau pengaruh dari sistem inti atau ideologi yang digunakan. Termasuk sistem ekonomi Islam atau syariah yang merupakan salah satu bagian dari ideologi Islam. Sehingga tidak mungkin sistem sekonomi syariah akan mambantu memulihkan perekonomian indonesia sementara masih menerapkan ideologi kapitalisme. Sistem ekonomi syaroah akan dapat berfungsi jika ideologi yang diterapkan sesuai dengan induknya, yakni Islam.
Adapun mengenai swasembada pertanian yang kini menjadi sorotan, maka islam pun sebagai ideologi mempunyai cara tersendiri dalam mengatur swasembada pertanian, diantaranya adalah :
1.       negara harus memberikan support penuh dalam pembangunan pertanian; misalnya dengan memberikan modal, lahan, sarana produksi pertanian, dll kepada petani.
2.      dilakukan kebijakan ekstensifikasi; dibuka lahan-lahan baru untuk pertanian. Lahan-lahan yang tidak produktif dan menganggur selama 3 tahun diambil oleh negara dan diberikan kepada mereka yang siap menggarap. Lahan pertanian yang subur harus tetap dipertahankan sebagai lahan pertanian, tidak dikonversi untuk keperluan lain.
3.      dilakukan intensifikasi dengan penemuan bibit unggul, sistem budidaya, penyediaan pupuk, dan obat pembasmi hama yang efektif.
4.      dilakukan restrukturisasi pertanian. Misalnya, petani-petani gurem yang tidak efisien dengan lahan hanya 0,2-0,3ha harus ditingkatkan skala usahanya dengan lahan yang lebih luas.
5.      dilakukan penanganan yang baik pada sektor pemasaran produk pertanian. Misalnya, rantai pemasaran yang merugikan petani harus dihapus; disiapkan infrastruktur pendukung yang memadai seperti jalan, alat transportasi, pasar, dll; juga dibangun industri-industri yang dapat menyerap hasil pertanian.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.2 PEMIMPIN PEMBELAJARAN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA   Oleh : Nining Yuningsih   Pengertian dan Im...