Jumat, 23 September 2022

Gambaran Diri di Masa Depan


Oleh : Nining Yuningsih 

(CGP Angkatan 6)


 Dalam tiga tahun ke depan, tentunya saya berharap sudah lulus menjadi guru penggerak Angkatan 6. dengan proses selama 6 bulan masa Pendidikan, tentunya banyak  hal yang saya dapatkan dan akan saya terapkan dalam keseharian saya sebagai guru. Diantaranya adalah dapat menerapkan nilai-nilai guru penggerak yakni (1) berpihak pada murid, (2) reflektif, (3) mandiri, (4) kolaboratif, serta (5) inovatif.


1.      Berpihak Pada Murid


Nilai ini mensyaratkan Guru Penggerak untuk selalu bergerak dengan mengutamakan kepentingan murid. Pada tiga tahun kedepan saya memiliki banyak pilihan untuk membuat pembelajaran yang berpihak pada murid. Saat ini saya sedang mengembangkan (melakukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi) tentang Pembelajaran yang efektif. Diharapkan mini penelitian ini dapat berhasil dan dapat diterapkan secara berkelanjutan.

Tiga tahun ke depan saya dapat menciptakan Pembelajaran yang membuat peserta didik merasa senang di kelas, memahami materi dengan mudah, mampu menerapkan dalam kehidupan. Menghargai tanpa rasa iri antar teman. Mengerjakan tugas guru dengan rasa senang, menghargai dan menghormati guru, bukan rasa takut.

Pengemasan pembelajaran melalui teknologi yang dibuat atau di system kan oleh pihak sekolah melalui program kurikulum atau sarana dan prasarana seperti pembelajaran menggunakan infokus guna memberikan realitas, simulasi hingga demontrasi di kelas. Dengan sumber beajar yang kaya, peserta didik diajak melihat luasnya ilmu yang sedang mereka pelajari hingga mereka sadar akan pentingnya dan manfaat yang akan mereka dapatkan dari proses pembelajaran.

Pembuatan bahan ajar yang dapat dijangkau oleh peserta didik berupa pengemasan bahan ajar dalam gadget. Saya juga dapat meningkatkan keterampilan melalui pembelajaran berbasis praktek. Memilih materi yang sesuai dengan kebutuhan keterampilan peserta didik dan menyesuaikan dengan sarana dan prasarana yang ada. Selain itu, menciptakan kolaborasi antar teman melalui pembelajaran berbasis kelompok. Meningkatkan interaksi sosial dan Kerjasama antar teman.

 

2.      Mandiri


Nilai Mandiri ini, secara sederhana menggambarkan semangat Guru Penggerak untuk terus belajar sepanjang hayat. keelokan dan ketepatan” kualitas kinerja dan hasil kerja mereka  menjadi tantangan bagi saya untuk tetap menjadi diri sendiri yang sekarang. Tetap mengikuti pelatihan yang dapat terjangkau dan dapat dijangkau.

Dalam era digital, pendidikan atau pelatihan menjadi sangat mudah. Meski tidak se efektif face to face, namun cukup membantu mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan. Beberapa saya mengikuti baik yang nasional maupun internasional. Ada yang gagal seleksi, ada yang lolos, hingga menjadi peserta dengan essay terbaik.

Dalam 3 tahun ke depan, saya mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan pendidikan seperti guru penggerak dan pendidikan profesi guru. Saya aktif dalam pelatihan yang diselenggaran oleh BMTI atau oleh P4TK. Dan saya sangat menantikan untuk pelatihan dengan skala nasional dan diikuti secara offline.

 

3.      Reflektif

Dengan mengamalkan nilai reflektif, Guru Penggerak memanfaatkan pengalaman-pengalaman sebagai pembelajaran untuk menuntun dirinya, murid, dan sesama dalam menangkap pembelajaran positif, sehingga mampu menjalankan perannya dari waktu ke waktu. Terbiasa dengan pembuatan to do list, gratitude journal, menjadi kebiasaan menjadi diri yang reflektif dalm membentuk saya hingga seperti sekarang. Tentunya bantuan keluarga dan teman-teman juga.

Fokus pada pelatihan tentang fisika dan hal-hal favorit sudah cukup sampai saat ini. Saya merasa senang dan bahagia ketika mendapatkan ilmu dan teman baru. Selain itu, saya merasa percaya diri dengan bertambahnya pengetahuan dan keterampilan baru yang saya dapatkan. Saya mendapatkan pengalaman yang bisa saya bagi kepada peserta didik, ilmu baru yang dapat saya terapkan dalam proses pembelajaran. Sampai tiga tahun kedepan saya harus banyak menambah pengalaman dari sisi pendidikan. Banyak membaca artikel, paper dan jurnal mengenai pendidikan menjadi tanangan bagi saya untuk meningkatkan kualitas pengetahuan saya mengenai proses pembelajaran yang akan saya kembangkan.

 

4.      Kolaboratif

Nilai Kolaboratif berarti seorang Guru Penggerak mampu senantiasa membangun daya sanding. Guru Penggerak diharapkan mampu mengomunikasikan kepada semua pihak mengenai pentingnya keberpihakan pada murid. Saya membagi aktivitas kolaboratif dalam dua bagian yakni kolaboraif Bersama guru, peserta didik dan orang tua atau wali.

Aktivitas dalam kolaboratif Bersama guru, saya melaksanakan koordinasi Bersama rekan-rekan guru dalam menganalisis kondisi peserta didik di kelas. Baik dari sisi pembelajaran maupun dari sikap peserta didik. Berkolaborasi dalam mengembangkan pembelajaran di kelas Bersama guru mapel yang sama namun mengajar di berbeda kelas, seperti halnya berdiskusi mengenai metode yang cocok dalam suatu materi atau capaian pembelajaran tertentu. Selain itu, saya berkolaborasi dengan pohak manajemen sekolah bagain kurikulum dengan cara memberikan masukan dalam proses pembelajran dan penilaian, baik penilaiann normative maupun sumatif.

Aktivitas dalam kolaboratif bersama peserta didik, saya melibatkan peserta didik dalam mengembangkan pembelajaran di kelas. Peserta didik mengisi kuisioner tanpa nama untuk ikut mengevaluasi pemebelajaran. Pertanyaannya meliputi media pembelajaran yang paling di sukai dan mudah di mengerti, metode pembelajaran yang paling efektif untuk menyampaikan materi hingga tempat atau lokasi pembelajaran yang membuat peserta didik nyaman melakukan pembelajaran. Selain itu, saya  membuat kelompok belajar guna meningkatkan kolaborasi antar teman diantara peserta didik. Mengubah anggota kelompok secara berkala dan saya melakukan diskusi dengan beberapa enggota kelompok untuk menyelidiki hal-hal yang menajdi kendala atau masalah dalam diri peserta didik baik masalah secara individu maupun secara kelompok.

Aktivitas dalam kolaboratif bersama orang tua/wali, saya melakukan koordinasi melalui media onilne maupun offline. Mengkomunikasikan hal-hal yang terjadi pada peserta didik berkala seperti laporan kehadiran tiap akhir pekan atau langsung menghubungi orang tua/wali jika ada peserta didik yang tidak masuk sekolah. Selain itu, memanggil orang tua/wali jika terdapat peserta didik melakukan hal unik baik positif maupun negatif. Berdiskusi mencari akar permasalahan dan solusi terbaik untuk dilakukan ke depannya. Saya juga ikut berkontribusi dalam sosialisasi program sekolah seperti presentasi kepada orang tua/wali dalam Uji Kompetensi Keahlian (UKK).

 

5.      Inovatif

Makna dari nilai Inovatif adalah seorang Guru Penggerak mampu senantiasa memunculkan gagasan segar dan tepat guna. Guru Penggerak yang mempunyai nilai inovatif juga pantang menyerah (daya lenting) serta jeli melihat peluang/potensi yang ada di sekitarnya untuk mendukung dan meningkatkan kualitas pembelajaran murid.

 

Dunia yang serba digital memiliki dua sisi yakni positif dan negatif. Sebagai seorang guru, saya bertanggung jawab memenuhi ruang penggunaan gadget untuk hal-ha yang positif. Saat ini saya dan tim sedang mengembangkan aplikasi untuk penilaian peserta didik baik penilaian normatif atau sumatif. Selama ini ujian berbasis android sudah di langsungkan. Ke depan, ujian bukan hanya berbasis android dari sisi pelaksanaan, namun dengan ujian berbasis Internet of Things (IoT),  mampu menngkatkan kedisiplinan dan motivasi yang tinggi dalam memahami materi.

 

Selain itu, agenda guru bukan hanya di isi oleh guru mata pelajaran. Namun, peserta didik ikut mengisi melalui apliaksi di handpohe (HP). Mereka dapat mengisi dan memberi komentar mengenai proses pembelajaran. Data yang diinput peserta didik akan terekap dalam sebuah data utuh. Hal ini diharapkan mampu memberikan data atau gambaran untuk pihak manajemen sekolah yang terkait (kurikulum dan kepala sekolah contohnya) untuk memberikan evaluasi terhadap kualitas pembelajaran di kelas.  

 

Selain itu, dalam proses pembelajaran, saya menemukan ide atau aplikasi media pembelajaran yang terbaru. Saya mulai terbiasa dengan membaca junal ilmiah internasional sehingga proses pembelajran bukan hanya mengikuti perkembangan teknologi, namun juga mengikuti perkembangan model atau metode yang sedang berkembang di dunia. Seperti STEM atau STEAM atau yang lainnya yang sedanag berkemabng. Saya muali berdiskusi bersama teman-teman yang sedang meuntut ilmu di belahan dunia lain untuk berkolaborasi dalam mengembangkan suatu metode yang sedang berkemabng dan cocok di terapkan dalam pendidikan Indonesia umumnya dan pendidikan di unit saya bekerja khsusunya.

 

Selasa, 13 September 2022

 Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1

(Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Ki Hadjar Dewantara)


Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan.

 Maksud pengajaran dan pendidikan yang berguna untuk perikehidupan bersama ialah memerdekakan manusia sebagai bagian dari persatuan (rakyat). Manusia merdeka adalah manusia yang hidupnya lahir atau batin tidak tergantung pada orang lain, akan tetapi bersandar atas kekuatan sendiri. Pendidikan menciptakan ruang bagi murid untuk bertumbuh secara utuh agar mampu memuliakan dirinya dan orang lain (merdeka batin) dan menjadi mandiri (merdeka lahir). Kekuatan diri (kodrat) yang dimiliki, menuntun murid menjadi cakap mengatur hidupnya dengan tanpa terperintah oleh orang lain.

Dalam proses “menuntun”, anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Anak juga secara sadar memahami bahwa kemerdekaan dirinya juga mempengaruhi kemerdekaan anak lain. Oleh sebab itu, tuntutan seorang guru mampu mengelola dirinya untuk hidup bersama dengan orang lain (menjadi manusia dan anggota masyarakat)

KHD juga mengingatkan para pendidik untuk tetap terbuka namun tetap waspada terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, “waspadalah, carilah barang-barang yang bermanfaat untuk kita, yang dapat menambah kekayaan kita dalam hal kultur lahir atau batin. Jangan hanya meniru. Hendaknya barang baru tersebut dilaraskan lebih dahulu”. KHD menggunakan ‘barang-barang’ sebagai simbol dari tersedianya hal-hal yang dapat kita tiru, namun selalu menjadi pertimbangan bahwa Indonesia juga memiliki potensi-potensi kultural yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar.

KHD menegaskan juga bahwa didiklah anak-anak dengan cara yang sesuai dengan tuntutan alam dan zamannya sendiri. Artinya, cara belajar dan interaksi murid Abad ke-21, tentu sangat berbeda dengan para murid di pertengahan dan akhir abad ke-20. Kodrat alam Indonesia dengan memiliki 2 musim (musim hujan dan musim kemarau) serta bentangan alam mulai dari pesisir pantai hingga pegunungan memiliki keberagaman dalam memaknai dan menghayati hidup. Demikian pula dengan zaman yang terus berkembang dinamis mempengaruhi cara pendidik menuntun para murid.

 Lebih lanjut KHD menjelaskan, keluarga menjadi tempat yang utama dan paling baik untuk melatih pendidikan sosial dan karakter baik bagi seorang anak. Keluarga merupakan tempat bersemainya pendidikan yang sempurna bagi anak untuk melatih kecerdasan budi-pekerti (pembentukan watak individual). Keluarga juga merupakan sebuah ekosistem kecil untuk mempersiapkan hidup anak dalam bermasyarakat dibanding dengan institusi pendidikan lainnya.

Awalnya saya memandang peserta didik sebagai objek yang harus saya didik, saya berikan ilmu pengetahuan, perkembangan zaman dan penerapan teknologi dalam kehidupan. Hal itu terjadi seiring berjalan perkembanagn IPTEK yang ada dan berdasarkan pengalaman serta prinsip yang sudah saya dapatkan di bangku kuliah. Namun kini saya mengetahui bahwa apa yang saya lakukan dan harus saya lakuakn merupakan sebuah pandangan yang sosok yang menginspirasi dunia pendidikan Indonesia yakni Ki Hajar Dewantara.

Adapun refleksi dari pengetahuan dan pengalaman baru yang saya peroleh dari modul 1 ini adalah lebih peka terhadap peserta didik dan hakikat dari pendidikan dan pengajaran. Bagaimana sebuah konsep tentang keluarga menjadi tempat yang utama dan paling baik untuk melatih pendidikan sosial dan karakter baik bagi seorang anak, membuat saya mencba memahami latar belakang setiap peserta didik yang berbeda menghasilkan sikap dan karakter peserta didik yang berbeda. Tidak memandang peserta didik yang aneh ketika mendapat peserta didik yang ‘unik’ karena mereka memiliki latar belakang tersendiri dari keluarganya.

Selain itu, kodrat zaman yang tidak bisa lepas dari perkembangan teknologi, membuat peserta didik tidak lepas dari teknologi. Ketika di satu sisi gadget memiliki dampak buruk yang begitu besar, maka menjadi sebuah tantangan bagi saya sebagai seorang guru untuk memanfaatkan teknologi hadir dalam proses pembelajaran. 


Selain igu, peserta didik yang tidak lepas dari gadget membuat proses belajar terganggu, namun saya mencoba melibatkannya dengan menghadirkan media pembelajaran yang hadir dalam gadget.

 


Kedepannya, saya akan berusaha membuat proses pembelajaran lebih hidup dengan menghadirkan pembelajaran yang lebih bervariatif sesuai dengan perkembangan zaman namun tetap menuntun peserta didik untuk menemukan jati diri sesuai dengan karakter dasar sebagai manusia dan makhluk sosial. Peka terhadap perkembangan zaman yang ada namun tetap teguh pada prinsip yang telah di bangun.

Oleh :

Nining Yuningsih

(CGP angkatan 6 Kab. Sukabumi) 

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.2 PEMIMPIN PEMBELAJARAN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA   Oleh : Nining Yuningsih   Pengertian dan Im...